Apakah Anda Merasa Kesepian?

Kesepian adalah pengalaman tak menyenangkan yang tak mudah kita akui. Padahal, ketika kita berani mengakuinya, jalan pemulihan terbuka


Kesepian adalah problem semua orang. Ya, semua orang, termasuk kamu juga. Mungkin kamu berkata di dalam hati," Tidak! Aku tidak kesepian! Aku kan punya banyak teman!" Oh, sah-sah saja jika kamu berpikir demikian. Tetapi, apa kamu 100 % YAKIN bahwa kamu tidak kesepian? Think about it for a moment.


Sudah? Sudahkah kamu sejenak memikirkannya?

Jika sekarang muncul sedikit keraguan di dalam benakmu, maka bisa jadi ini adalah artikel yang tepat untukmu. Kini, izinkan aku berbagi gejala-gejala kesepian yang pernah kurasakan, namun yang dulu tidak kusadari:



Merasa sendiri di tengah keramaian

Ada fakta yang menarik tentang perasaan kesepian, yaitu perasaan kesepian yang kamu rasakan tidak tergantung pada berapa jumlah teman yang kamu miliki, atau pada seberapa seringnya kamu berinteraksi dengan orang lain.
Seseorang bisa saja hidup di kota besar, memiliki pekerjaan yang menuntut dia untuk berinteraksi dengan banyak orang, namun tetap saja ia bisa merasakan ada kekosongan dalam hatinya yang begitu besar serta tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.

Contohnya adalah diriku sendiri. Aku dibesarkan di Surabaya, berkuliah di Yogyakarta, dan akhirnya bekerja di Jakarta. Aku sudah mengalami tinggal di tiga kota yang menawarkan berbagai aktivitas dan kesenangan yang tiada habisnya. 'Stok' teman dan sahabat pun berlimpah mulai dari teman kuliah sampai rekan kerja. Hubungan dengan keluarga pun berjalan lancar. Secara rutin aku berkumpul dan bercengkerama dengan mereka semua. Namun, untuk sebuah alasan yang (dulu) tidak dapat kumengerti, aku sering mendapati diriku menghela napas dan berdiam diri di tengah-tengah orang banyak. I was not happy... .




Merasa ‘melayang-layang’ tanpa tujuan


Apakah kamu pernah menonton film Gravity? Ada sebuah adegan ketika pemeran utama (Sandra Bullock) melayang-layang di angkasa tanpa arah. Apa kamu juga pernah merasa seperti itu, yaitu seolah 'melayang-layang' tanpa arah? Aku pernah. Tentu bukan melayang sungguhan, tetapi seolah melangkah tanpa tujuan di pusat keramaian--entah itu mal, swalayan, atau pun tempat wisata.

Pengalaman seperti ini tentu berbeda dengan pengalaman seorang solo traveller atau orang yang memang suka berpergian sendiri. Seorang pengelana tunggal tentunya memunyai tujuan atau rencana hendak ke mana dan melakukan aktivitas apa. Sedangkan yang aku rasakan justru kebalikannya.

Sering aku hanya berputar-putar melewati suatu jalan tertentu dan merasa tidak yakin apa yang sebenarnya sedang aku cari.


Mencari pelarian


Loneliness sucks. Tidak ada yang lebih parah dari perasaan kesepian dan tidak dapat menemukan seseorang atau apa pun yang dapat mengisi rasa sepi itu. Aku sudah mengalami fase ini berulangkali. Pernah suatu saat aku menyadari bahwa tidak ada seorang pun yang bisa memahamiku, maka larilah aku pada pornografi dan rokok.

Kedua hal yang kujadikan pelarian ini menjadi momok yang tanpa kusadari makin merusak hidupku. Memang awalnya kedua hal ini terasa nikmat, namun aku tidak menyadari bahwa kenikmatan yang kudapat hanya bertahan sekejap saja walau tiada waktu terlewat tanpa kepulan asap rokok dan gambaran pornografi yang tidak senonoh dalam hari-hariku.
Aku kecanduan, walau seringkali aku menolak dan menyangkal kenyataan itu. Seperti aku, kamu boleh berdalih dan membuat argumen apa pun untuk membela diri.

Tetapi, dari apa yang pernah aku rasakan sebagai pecandu rokok dan pornografi, dua hal itu tidak ada manfaatnya.. Aku malah makin merasa tidak bahagia. Mungkin kamu punya kecanduan yang lain, yang mungkin lebih ‘jinak’, misalnya kecanduan film Korea? Who knows? Apa pun itu, yang namanya kecanduan tetap tidak bermanfaat.


Merasa ‘tidak diinginkan’


Feeling unwanted. Perasaan kesepian juga membuat aku merasa tidak diinginkan dan pada saat aku mulai merasa tidak diinginkan, maka aku mulai memasuki masa-masa kelam di dalam kehidupanku. Perlahan aku mulai menghindarkan diri dari pergaulan dan dari keramaian, bahkan aku menolak interaksi dengan manusia lain. Aku memang memiliki kecenderungan 'introvert', but this is something else!
Jika menoleh ke belakang, aku menyadari bahwa di masa itu aku berubah menjadi orang ‘sulit’ di mata mereka yang mengasihiku.

Bayangkan saja, setiap kali orangtuaku menelpon, aku hanya akan merespon percakapan seperlunya saja. Saat rekan-rekanku tertawa bercanda, aku malahan terlalu larut dalam kesedihanku dan hanya bisa tersenyum kecut, untuk tak lama kemudian aku akan melangkah pergi. Orang-orang di sekelilingku pun mulai merasakan bahwa aku bersikap seolah segala sesuatu adalah tentang aku dan diriku saja, sehingga akhirnya mereka menjadi jengah dan perlahan menjauhiku.

Alhasil, aku menjadi semakin kesepian.


 Mengalami gejala depresi



Lambat laun aku merasa kehilangan energi karena aku susah tidur di malam hari, dan susah bangun di pagi hari, dan lebih banyak tidur di siang hari. Pikiranku ruwet dan kabur yang mengakibatkan banyak sekali tugasku terabaikan. Skripsi dan thesisku adalah dua tugas penting yang terbengkalai. Aku juga merasa apa yang dulu kusukai terasa hambar.
Tubuhku pun mulai bereaksi negatif dan bermasalah: entah itu pusing, mual, atau sakit di sekujur tubuh. Namun, pemeriksaan dokter tidak menemukan ada hal yang salah.

Waktu itu aku tidak menyadari bahwa aku mengalami gejala depresi yang tercermin dalam semua perilakuku itu. Mengalami gejala depresi sungguh tidak mengenakkan.




Dari Kesepian Menuju Pemulihan

Percayalah kelima hal gejala kesepian yang aku tuliskan ini benar-benar pernah kualami. Namun, aku bersyukur bahwa perasaan kesepian dan gejala-gejalanya itu kini adalah masa laluku. Aku sudah melewatinya.


Bila ada di antara kamu yang membaca artikel ini sampai akhir dan mungkin sedang mengalami hal yang sama seperti aku, atau mungkin ada orang yang kamu kasihi sedang mengalaminya, maka ada satu hal yang ingin aku katakan padamu:



JANGAN MENYERAH!
Keadaanmu sekarang bukanlah akhir dari segalanya.


Walau mungkin sulit untuk dipercaya dan dipahami--apalagi dilakukan--, dengarkanlah hati nuranimu yang berbisik bahwa kamu tidak sendirian! Kehidupanmu berharga, dan ada orang-orang yang tidak ingin melihatmu semakin terpuruk.

Mereka ingin menolongmu! Yang harus kamu lakukan hanyalah membuka diri agar mereka bisa menolongmu. Bila aku bisa mengatasi kesepian ini dengan bantuan orang-orang di sekelilingku, maka aku yakin kamu pun bisa!

Sumber : http://ributrukun.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel